Seperti biasa setiap hari Jum’at, anakku datang menemuiku dengan baju koko (baju takwa)nya yang telah disiapkan istriku untuknya. Disorongkannya kantong plastik untuk sandal kami berdua nanti.
Ah, masih ada waktu sebentar untuk mendidik anakku. Didikan ini kulakukan ketika anakku menadahkan tangannya untuk meminta uang untuk disedekahkan sepulangnya Shalat jum’at.
“Anakku, bawalah minyak wangi……” pintaku pada anakku.“Koq, minyak wangi, Bi ?” tanya anakku keheranan“Ambillah, dan engkau akan mengerti….”, jawabku.
Anakku kemudian berlari mendapatkan ibunya untuk meminta minyak wangi. Tak lama ia sudah datang lagi dengan minyak wangi botol kecilnya.
Ku semprotkan minyak wangi itu ke uang yang nanti akan disedekahkan. Ku lihat anakku menonton abi-nya melakukan “keanehan” itu. Aku diam…. menunggu anakku bertanya. Rasa ingin tahunya pasti akan membuat dia bicara.
Akhirnya waktu yang ditunggu itu tiba.“Abi, kenapa kau semprotkan minyak wangi itu pada uang yang akan kita sedekahkan ?” tanya anakku.
“Anakku ketahuilah, bahwa apabila Aisyah r.a. bersedekah uang, maka uang yang hendak disedekahkan itu lebih dahulu diolesi minyak wangi. Lalu ditanyakan kepadanya, “Wahai Ummuththayin (nama kehormatan bagi Aisyah r.a.) ! Mengapa engkau melakukan itu ?”
Aisyah r.a. menjawab, “Karena ketika aku mengulurkan uang untuk ku sedekahkan, maka uang itu akan sampai terlebih dahulu ke “tangan” Allah (dan dicatat), sebelum uang itu sampai ku letakkan di tangan para faqir miskin.”
Ketika fakir miskin itu berdoa untuk Aisyah r.a. maka Aisyah r.a. pun berdoa untuk fakir miskin itu. Orang pun bertanya dan dia menjawab, “Agar pahala sedekahku tetap utuh dan tidak berkurang.”
Tepat seperti sangkaanku, anakku tidak pernah berpikir ke arah itu. Pahala sedekah akan mendahului sampai kepada Allah, setelah itu barulah uang itu sampai kepada faqir miskin.
“Begitu ya, Bi ?” tanya anakku“Benar, begitu !” jawabku
Tak lama diambilnya botol minyak wangi itu dari tanganku, dan disemprotkannya banyak-banyak ke uang yang akan disedekahkan.
Tinggallah ibunya yang misuh-misuh karena minyak wanginya tinggal sedikit.
Tapi biarlah, dapat belajar dari kehidupan keluarga Rasulullah lebih berharga dari sebotol minyak wangi dan hikmah sampainya wangi itu ke tangan Allah.
Sumber : http://pustakahikmah.unpad.ac.id/
Sabtu, 01 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar